Koprol.com, Pesaing Twitter Asli Indonesia - Banyak situs jejaring sosial yang bisa jadi pilihan mereka yang ingin bergaul lewat ranah maya. Selain produk impor yang sedang mewabah, seperti Facebook, Plurk, Twitter atau Friendster, beberapa produk lokal layak dipilih.
Jejaring sosial made-in dalam negeri tak kalah menarik oleh produk impor. Selain bisa posting status dan berkirim komentar, kita bisa berbagi foto atau video dengan teman atau sahabat. Fitur-fitur yang disediakan di sebagian besar jejaring sosial itu memang kurang-lebih sama. Bisa dibilang, modelnya itu-itu saja.
Nah, awal Februari lalu telah diluncurkan Koprol.com (http://koprol.com), situs jejaring sosial-lokal yang tidak "itu-itu saja". Jejaring sosial ini menarik karena berbasis lokasi. Koprol menyediakan sejumlah pilihan tempat kita bisa check-in di lokasi tersebut.
Di lokasi yang kita pilih itu kita bisa posting status dan foto. Uniknya, di sini kita bisa melihat siapa saja anggota lain yang sedang berada di lokasi yang sama. Alhasil, jika sesama anggota ingin mengadakan pertemuan alias "kopi darat" di lokasi tersebut, tentu bisa lebih mudah.
Menurut pendiri Koprol, Satya Witoelar, kopi darat biasa dilakukan para anggota jejaring sosial setelah mereka berkenalan di ranah maya. "Itu kebiasaan di Indonesia," ujarnya. Data lokasi yang tersedia di Koprol memang belum lengkap dan masih akan ditambah. Tapi jangan harap semua lokasi tersedia di sini layaknya buku telepon Yellow Pages.
Penambahan titik lokasi hanya difokuskan pada tempat-tempat yang sesuai dengan kebiasaan pengguna Koprol. "Kami prioritaskan tempat 'gaul', seperti mal, resto, kafe, atau kafe angkringan yang banyak dikunjungi pengguna," kata pria 33 tahun ini.
Pada tahap awal ini, pihaknya masih mematangkan data lokasi di Jakarta. "Mungkin lebih berguna untuk warga kota yang sibuk seperti Jakarta." Tapi jangan khawatir, Koprol juga menyediakan lokasi kota besar lain, seperti Bandung, Yogyakarta, dan Denpasar.
Untuk mengembangkan Koprol, Satya dibantu tiga orang temannya, yakni Fajar Budi Prasetyo, Leo Laksmana, dan Daniel Armanto. Satya mengakui sudah banyak jejaring sosial lokal di Indonesia. Namun, hingga kini belum ada yang berbasis lokasi yang bisa diterima pengguna di Indonesia.
Memang ada beberapa jejaring sosial berbasis lokasi "impor", seperti Brightkite (http://brightkite.com) atau Google Latitude (http://www.google.com/latitude). "Tapi kita ingin orang Indonesia bisa lebih mengerti," ujar putra Wimar Witoelar ini.
Dalam mengembangkan Koprol, Satya cs mengambil ide dari beberapa jejaring sosial yang ada, baik yang berbasis lokasi maupun yang tidak. "Kami ambil yang cocok diterapkan di sini." Misalnya, sistem komentar diambil dari Plurk, model lifestream dari Twitter, dan sistem lokasi dari Brightkite. "Jadi Koprol itu gabungan, seperti gado-gado," katanya.
Pembuatan Koprol digodok sejak setahun lalu, tapi baru dikembangkan beberapa bulan terakhir. Karena masih percobaan, Koprol diluncurkan diam-diam alias masih dirahasiakan. Namun, rahasia itu telanjur bocor hingga memiliki sekitar 300-an orang anggota. "Kami senang sekali disambut baik."
Pihaknya masih mengembangkan sejumlah fitur yang akan ditambahkan di Koprol, misalnya integrasi dengan peta, integrasi dengan Facebook (Facebook Connect), dan Blacberry App untuk para pengguna Blackberry. Dengan Facebook Connect, ia berharap, pengguna tidak merasa harus memilih jejaring sosial mana yang ingin digunakan. "Tapi justru memfasilitasi anggota Koprol untuk terkoneksi ke Facebook," ujarnya.
Karena masih versi beta, tak semua orang bisa mendaftar jadi anggota Koprol. Untuk menjadi anggota harus menunggu undangan dari orang yang sudah menjadi anggota. Namun, ini tak akan lama. Satya berjanji, dalam waktu dekat siapa saja bisa menjadi anggota Koprol. "Tidak harus menunggu di-invite," katanya. Yuk, kita koprol.
Jejaring sosial made-in dalam negeri tak kalah menarik oleh produk impor. Selain bisa posting status dan berkirim komentar, kita bisa berbagi foto atau video dengan teman atau sahabat. Fitur-fitur yang disediakan di sebagian besar jejaring sosial itu memang kurang-lebih sama. Bisa dibilang, modelnya itu-itu saja.
Nah, awal Februari lalu telah diluncurkan Koprol.com (http://koprol.com), situs jejaring sosial-lokal yang tidak "itu-itu saja". Jejaring sosial ini menarik karena berbasis lokasi. Koprol menyediakan sejumlah pilihan tempat kita bisa check-in di lokasi tersebut.
Di lokasi yang kita pilih itu kita bisa posting status dan foto. Uniknya, di sini kita bisa melihat siapa saja anggota lain yang sedang berada di lokasi yang sama. Alhasil, jika sesama anggota ingin mengadakan pertemuan alias "kopi darat" di lokasi tersebut, tentu bisa lebih mudah.
Menurut pendiri Koprol, Satya Witoelar, kopi darat biasa dilakukan para anggota jejaring sosial setelah mereka berkenalan di ranah maya. "Itu kebiasaan di Indonesia," ujarnya. Data lokasi yang tersedia di Koprol memang belum lengkap dan masih akan ditambah. Tapi jangan harap semua lokasi tersedia di sini layaknya buku telepon Yellow Pages.
Penambahan titik lokasi hanya difokuskan pada tempat-tempat yang sesuai dengan kebiasaan pengguna Koprol. "Kami prioritaskan tempat 'gaul', seperti mal, resto, kafe, atau kafe angkringan yang banyak dikunjungi pengguna," kata pria 33 tahun ini.
Pada tahap awal ini, pihaknya masih mematangkan data lokasi di Jakarta. "Mungkin lebih berguna untuk warga kota yang sibuk seperti Jakarta." Tapi jangan khawatir, Koprol juga menyediakan lokasi kota besar lain, seperti Bandung, Yogyakarta, dan Denpasar.
Untuk mengembangkan Koprol, Satya dibantu tiga orang temannya, yakni Fajar Budi Prasetyo, Leo Laksmana, dan Daniel Armanto. Satya mengakui sudah banyak jejaring sosial lokal di Indonesia. Namun, hingga kini belum ada yang berbasis lokasi yang bisa diterima pengguna di Indonesia.
Memang ada beberapa jejaring sosial berbasis lokasi "impor", seperti Brightkite (http://brightkite.com) atau Google Latitude (http://www.google.com/latitude). "Tapi kita ingin orang Indonesia bisa lebih mengerti," ujar putra Wimar Witoelar ini.
Dalam mengembangkan Koprol, Satya cs mengambil ide dari beberapa jejaring sosial yang ada, baik yang berbasis lokasi maupun yang tidak. "Kami ambil yang cocok diterapkan di sini." Misalnya, sistem komentar diambil dari Plurk, model lifestream dari Twitter, dan sistem lokasi dari Brightkite. "Jadi Koprol itu gabungan, seperti gado-gado," katanya.
Pembuatan Koprol digodok sejak setahun lalu, tapi baru dikembangkan beberapa bulan terakhir. Karena masih percobaan, Koprol diluncurkan diam-diam alias masih dirahasiakan. Namun, rahasia itu telanjur bocor hingga memiliki sekitar 300-an orang anggota. "Kami senang sekali disambut baik."
Pihaknya masih mengembangkan sejumlah fitur yang akan ditambahkan di Koprol, misalnya integrasi dengan peta, integrasi dengan Facebook (Facebook Connect), dan Blacberry App untuk para pengguna Blackberry. Dengan Facebook Connect, ia berharap, pengguna tidak merasa harus memilih jejaring sosial mana yang ingin digunakan. "Tapi justru memfasilitasi anggota Koprol untuk terkoneksi ke Facebook," ujarnya.
Karena masih versi beta, tak semua orang bisa mendaftar jadi anggota Koprol. Untuk menjadi anggota harus menunggu undangan dari orang yang sudah menjadi anggota. Namun, ini tak akan lama. Satya berjanji, dalam waktu dekat siapa saja bisa menjadi anggota Koprol. "Tidak harus menunggu di-invite," katanya. Yuk, kita koprol.
Posted by: Andi Setyoko
Berita Harian, Updated at: 3:34 AM