Di zaman sekarang, siapa tak kenal telepon seluler alias handphone (HP). Tua-muda, di kota maupun di pedesaan, mayoritas sudah tidak asing dengan telepon tanpa kabel itu.
Teknologi ponsel juga kian melenakan konsumennya. HP tak lagi sekadar alat komunikasi, melainkan juga hiburan yang disajikan melalui berbagai fitur menarik seperti games, radio, kamera, video, hingga internet. HP berfitur minimalis pun biasanya dilengkapi fasilitas games.
Nah, selain ringtone bersuara unik dan casing yang lucu, aneka games inilah yang paling menarik perhatian anak-anak. Psikolog anak dari Universitas Indonesia Dra Mayke S Tedjasaputra Msi mengemukakan, pemberian HP pada anak harus melihat tujuan dan kepentingannya. Maksudnya, anak diberi HP untuk apa? Tidak dibenarkan membelikan HP kalau sekadar ikut-ikutan tren.
"Tapi kalau memang penting dan ada urgensi tertentu, orangtua boleh saja memberi HP, tapi beri tahu juga batasan-batasannya," sebut psikolog yang juga play therapist ini. Untuk menghindari sikap pamer atau ajang saingan antar-teman, sebaiknya anak dibelikan HP dengan fitur sesuai fungsi dan kebutuhan. Ini kembali pada esensi atau tujuan utama pemberian HP pada anak, yakni untuk kepentingan komunikasi dengan orangtua.
Misalkan memudahkan komunikasi saat menjemput anak di sekolah. Apalagi saat ini anak-anak di perkotaan sering kali mengikuti banyak les. "Kalau hanya sebatas kepentingan komunikasi, tidak perlu yang sangat canggih kata psikolog anak dari Klinik Anakku, Ike R Sugianto Psi.
Dia menyarankan untuk tidak memberi HP yang banyak games-nya karena bisa jadi bumerang. "Kalau anak sudah kecanduan, dia bisa sembunyi-sembunyi main game, bahkan saat di sekolah," ujarnya.
Dampak negatif lainnya, pada HP berfitur canggih yang dilengkapi internet memungkinkan anak tergoda mengakses gambar-gambar tidak senonoh, ataupun melakukan "kenakalan-kenakalan" yang sulit dikontrol, seperti menggunakan kamera HP untuk memotret orang-orang di toilet. Lebih parah lagi, mengedarkannya ke teman-teman.
Namun, jika suatu ketika orangtua mendapati SMS atau gambar porno di HP anaknya, jangan langsung memarahi, sebab anak akan kapok dan tidak mau bercerita lagi. "Katakan dengan hati-hati bahwa itu adalah sesuatu yang tabu dan tidak dibenarkan ," tandas Ike.
Kontrol di Sekolah
Anak-anak usia SD menenteng HP ke sekolah bukan hal aneh lagi. Akibatnya, tidak mustahil konsentrasi anak terpecah saat belajar. Anak membawa HP ke sekolah, dikhawatirkan mereka akan bermain game, terutama untuk anak-anak yang perhatiannya mudah teralih atau untuk anak yang minat belajarnya rendah. "Sehingga, dia bisa larut keasyikan main game. Apalagi kalau peran guru juga kurang," kata Dra Mayke S Tedjasaputra MSi.
Guna meminimalkan dampak negatif penggunaan HP, perlu kerja sama pihak sekolah agar proses belajar mengajar tidak terganggu. "Dalam aturan sekolah kami, siswa tidak boleh membawa HP, tapi nyatanya memang tetap ada saja anak yang membawa HP. Lalu kalau kami ketahui dia memakainya saat belajar, HP-nya kami ambil,"kata Kepala Sekolah SD Islam Al- Izhar Pondok Labu Sulaiman.
Menurut dia, aturan itu dibuat dengan pertimbangan agar anak tidak terganggu dan tidak sibuk dengan HPnya, paling tidak pada saat pelajaran berlangsung. "Ketika bel masuk pukul 07.15 sampai istirahat tidak ada lagi HP. Anak baru boleh menggunakannya lagi setelah bel pulang,
Posted by: Andi Setyoko
Berita Harian, Updated at: 6:23 PM