Yang jelas, E75 menjadi semacam 'pertaruhan' bagi Nokia Indonesia, apakah masih mampu menjadi pemain utama di sektor ponsel premium. Karena pada saat bersamaan beredar ponsel premium seperti Blackberry, iphone dan Omnia yang notebene berhasil menarik perhatian publik.
iPhone, misalnya, telah terjual lebih dari 5.000 unit dalam dua pekan. Omnia memiliki pasar tersendiri. Sementara Blackberry tengah mengalami pertumbuhan penjualan yang siginifikan. Sekalipun dari sisi fungsi ada perbedaan, baik E75, iPhone, Blackberry maupun Ominia cenderung membidik segmen pasar yang relatif sama. Oleh karena itu, respon publik terhadap E75 akan menjadi suatu indikasi bagaimana peta industri ponsel kategori premium di Indonesia saat ini.
Dalam batas-batas tertentu, communicator telah menjadi ikon bagi pengguna ponsel di Indonesia. Ia merefleksikan satu perangkat yang advance dari sisi teknologi, user friendly dari aspek pengoperasian, customized. Communicator telah menempatkan penggunanya pada satu komunitas eksklusif. Nilai lebih seperti inilah yang menjadikan communicator banyak dicari.
Namun seiring dengan perkembangan gadget di Indonesia, dominasi communicator mulai tergerus. Banjir PDA telah mendorong banyak pengguna ponsel bisnis beralih ke produk ini. Booming Dopod 838 Pro pada tahun 2007 menggambarkan bahwa publik sudah tak sabar lagi menunggu kehadiran generasi baru communicator. Tidak mengherankan ketika muncul E90, respon publik tidak seperti respon terhadap N9500 atau N9300.
Perkembangan menarik lain dalam pasar ponsel di Indonesia adalah pertumbuhan cepat Blackberry. Sepanjang tahun 2008, ponsel ini mengalami pertumbuhan lebih dari tiga kali lipat dibandingkan dengan periode sebelumnya. Tidak mengherankan bila tiga operator penyedia layanan Blackberry Internet Services sangat bergairah memasarkan produk Blackberry. Sementara Research in Motion mendukung penuh manuver tiga operator dalam menarik simpati publik Indonesia.
Di tengah pertumbuhan Blackberry yang fantastik, Telkomsel bermanuver dengan iPhone 3G. Di lepas dengan mekanisme bundling yang baru, Telkomsel banyak berharap produk ekslusif ini mampu menarik perhatian publik di Indonesia. Tahap awal disiapkan sekitar 10 ribu unit gadget dengan harga penjualan berkisar Rp 9 hingga Rp 11 juta ini. Dalam dua pekan sejak diluncurkan di pasar, diperkirakan lebih dari 5.000 unit telah terjual. Masih menjadi pertanyaan, apakah dalam satu bulan pertama Telkomsel akan berhasil menembus penjualan 10 ribu unit?
Sebelum iPhone hadir, Samsung Indonesia melepas Omnia. Produk yang dikembangkan Samsung untuk menghadang iPhone ini, menarik perhatian. Di pasarkan sejak Agustus 2008, penjualan Omnia membukukan sukses. Salah satu indikasinya, harga jual Omnia relatif tetap dalam delapan bulan terakhir. Nokia sendiri membukukan sukses untuk penjualan E71 dengan harga jual Rp 5 jutaan.
Respon terhadap produk premium seperti Blackberry, iPhone atau Omnia, juga sukses Nokia dengan E71 seolah meruntuhkan tesis bahwa Indonesia tengah terkena dampak krisis keuangan global. Jangankan gadget, perhelatan Jakarta Jazz Festival 2009 membukukan sukses. Lebih dari 40 ribu pengunjung memadati Jakarta Convention Center. Dari sisi pengunjung, ia mampu memecahkan rekor kunjungan di tempat yang sama. Padahal untuk bisa menikmati perhelatan ini, harus merogoh kocek ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
Lantas bagaimana dengan peluang E75 yang dilepas dengan harga Rp 6 jutaan. Memperhatikan sukses E71 dan E66 di pasar Indonesia, produk terbaru memiliki peluang yang tinggi untuk mengikuti jejak pendahulunya. Pasalnya dari sisi harga, E75 cukup kompetitif. Memperhatikan teknologi, desain dan fitur yang ada, E75 berpotensi melesat lebih jauh dibandingkan pendahulunya, termasuk produk setara di kelasnya. Satu selling point lain yang melekat pada E75 adalah desain. Ia mengikuti tren yang berkembang yakni minimalis, namun life style.
Dirancang sebagai alternatif E90, target market produk ini adalah pragmatic leader, solution seeker dan life builder. Tak mengherankan apabila aplikasi imel menjadi semacam selling point. Aplikasi ini tidak saja menawarkan manajemen imel yang simpel dan sederhana--baik untuk akun pribadi maupun korporat--, namun juga dukungan terhadap berbagai solusi imel, seperti POP/IMAP, Exchange atau Lotus.
Booming Blackberry rupanya mengilhami Nokia melakukan serangkaian penyempurnaan untuk layanan imel. Karenanya, pada E75 dikembangkan user interface yang menyerupai komputer, kemudahan attachment, browsing, zooming termasuk dukungan untuk aplikasi MS Office 2007. Gadget ini juga didukung berbagai aplikasi untuk memudahkan penggunanya menulis imel dengan cepat, dengan tingkat kesalahan paling rendah.
Dengan perangkat ini, pengguna bisa menikmati layanan push mail hingga lima akun. Untuk setting imel, cukup dengan tiga langkah saja. Memasukkan akun imel (pribadi atau korporat), password dan nama pengguna. Setelah ada notifikasi, akun yang diregistrasi langsung bisa digunakan. Tak perlu registrasi ke operator atau membayar biaya langganan. Pengguna cukup membayar biaya akses internet. Praktis, semua pelanggan GSM bisa menikmati push mail dengan ponsel ini. Untuk mailbox ada dua pilihan, otomatis atau manual. Bila memilih otomatis, semua imel masuk akan disimpan di mailbox dan bisa bibuka setiap saat. Untuk manual, harus melakukan retrieve terlebih dahulu.
Imel hanya salah satu aplikasi. Ada berbagai aplikasi lain seperti mencari alamat imel dari direktori perusahaan, juga penelusuran alamat imel dari kontak dan sebaliknya. E75 juga mendukung berbagai layanan jejaring sosial global yang populer saat ini seperti youtube, facebook, flikr dan sebagainya.
Ponsel ini mendukung jaringan berteknologi GPRS, EDGE, WCDMA dan HSDPA 3.6 Mbps. Dilengkapi dengan Mobile VPN untuk memudahkan akses ke intranet, micro USB 2.0 berkecepatan tinggi juga bisa digunakan untuk mengisi baterai ponsel. Diperkaya dengan WLAN 802.11g, ponsel ini bisa dimanfaatkan untuk push to talk termasuk panggilan berbasis internet (VOIP). Sebagaimana ponsel high end Nokia yang lain, terdapat A-GPS terintegrasi dan preloaded Nokia Maps.
Memiliki layar 2.4 inci QVGA dengan kedalaman 16 juta warna dan kamera 3.2 mega piksel, peranti multimedia yang dibenamkan cukup mumpuni untuk mendukung kebutuhan akan hiburan maupun games. Pengguna juga bisa menikmati radio internet dengan ponsel ini, selain radio FM. Ponsel dengan internal memori 50 MB ini dilengkapi dengan memory on board 4 GB. Kapasitas penyimpanan bisa ditingkatkan lagi menjadi 16 GB dengan Micro SD.
Memperhatikan teknologi, aplikasi serta fitur yang dibenamkan, E75 seolah menjadi penantang Blackberry untuk ponsel dengan layanan push mail terintegrasi. Desain yang dikembangkan menggambarkan bahwa Nokia ingin merebut kembali perhatian publik yang mulai beralih ke PDA. Sedangkan multimedia dan games yang komplit menjadi semacam daya pikat lain, bagi pelanggan atau calon pelanggan yang tengah menimbang ponsel multimedia terkini yang belakangan menawarkan kemudahan mengakses internet dan imel. Untuk saat ini, E75 memang menjadi ponsel yang komplet. Ia menjadi communicator yang life style.
Masalahnya sekarang, bagaimana Nokia Indonesia meyakinkan publik bahwa E75 merupakan ponsel yang mampu memenuhi kebutuhan komunikasi, mendukung pekerjaan sehari-hari, aktualisasi diri, atau koneksi ke jejaring sosial. Bagaimana Nokia Indonesia melakukan edukasi kepada calon pengguna bahwa communicator terbaru ini memiliki semua elemen yang dibutuhkan pelanggan, dari kebutuhan telekomunikasi dasar, mobile office, multimedia, games hingga layanan push mail. Singkatnya, bagaimana Nokia Indonesia meyakinkan calon penggunanya bahwa semua layanan, fitur dan teknologi yang ada di ponsel premium, bisa ditemukan di E75, akan menentukan sukses tidaknya ponsel ini di pasaran.
Posted by: Andi Setyoko
Berita Harian, Updated at: 6:11 PM